Merinding Masuk Terowongan Tua Sepanjang 1 Km
Kereta Wisata Kalibaru Banyuwangi |
ABDUL AZIZ, Banyuwangi
---
"INGIN melihat karya nenek moyang?''. Itulah sepenggal alasan para turis dari Belanda yang selama ini memanfaatkan fasilitas kereta wisata milik PT. KAI jurusan Kalibaru-Banyuwangi-Garahan, Jember.
Memang, sejak beroperasi 25 tahun silam, kereta wisata yang berkapasitas delapan penumpang itu lebih banyak diminati para turis asing, terutama dari Belanda. Orang Indonesia, khususnya warga Banyuwangi, jarang memanfaatkan kereta wisata itu.
Para turis dari Belanda mengaku sangat senang naik kereta wisata tersebut. Sebab, sepanjang perjalanan, banyak lokasi dan bangunan peninggalan Belanda.
Para penumpang kereta wisata tersebut ketika sampai di lereng pegunungan Kalibaru akan disuguhi hijaunya perkebunan kopi yang notabene juga peninggalan Belanda.
Oleh karena itu, ketika sampai di perkebunan kopi, turis dari Belanda itu dipastikan akan minta berhenti.
Mereka ternyata ingin menikmati pemandangan di perkebunan kopi karya Belanda itu. Selain menikmati pemandangan di kebun kopi, para turis Belanda yang kebanyakan datang bersama keluarga itu juga tidak segan mengabadikan gambar.
Puas menikmati dan mengabadikan perkebunan kopi, para turis dari Belanda itu biasanya langsung melanjutkan perjalanan ke arah barat. Tujuannya adalah melihat langsung terowongan kereta api yang terletak di bawah Gunung Kumitir, perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jember.
Sama seperti perkebunan kopi, terowongan sepanjang satu kilometer itu juga diakui sebagai karya Balanda. Maka dari itu, ketika sampai di sana, para turis dari Belanda itu sangat terkagum-kagum dengan karya nenek moyangnya itu. Tanpa membuang waktu dan kesempatan, mereka pun mengabadikan gambar terowongan tersebut. Bahkan, sesekali foto bersama dengan latar belakangan terowongan.
Bagi pengunjung yang tak terbiasa, masuk terowongan sepanjang itu mungkin bisa membuat bulu kuduk berdiri. Puas di terowongan, biasanya mereka menuju jembatan sepanjang 600 meter di kawasan Garahan, Jember. Lagi-lagi, jembatan tua itu diakui sebagai karya nenek moyang mereka. ''Baru setelah dari sana (jembatan panjang, Red), turis dari Belanda itu minta kembali ke Kalibaru," kata Paidi, 53, masinis kereta wisata.
Selain turis Belanda, pengunjung yang suka menikmati pemandangan di sepanjang jalur tersebut adalah wisatawan dari Kota Malang. ''Kalau yang dari Malang, ya rata-rata memang berkunjung biasa saja, bukan karena ada peninggalan nenek moyangnya," ujar bapak tiga anak itu.
Bagaimana dengan pengunjung dari Banyuwangi? Ternyata warga Kota Gandrung kurang berminat menikmati kereta wisata tersebut. Selama ini, warga Banyuwangi yang berwisata dengan kereta dua gerbong itu nyaris nihil. ''Sangat jarang sekali. Mungkin karena orang Banyuwangi sudah sering melihat pemandangan seperti ini ketika naik kereta api," ujarnya.
Kereta wisata itu jam terbangnya terbatas, karena harus menyesuaikan jadwal kereta api yang melintas di jalur tersebut. Kereta wisata itu hanya beroperasi pada pukul 08.00 sampai 10.00, kemudian pukul 11.00 sampai 13.00. ''Hanya jam-jam itu kami beroperasi. Di luar jadwal itu, jelas nggak bisa, karena khawatir benturan dengan jadwal kereta api reguler," ujarnya.
Berapa tarif naik kereta wisata tersebut? Ternyata lumayan murah. Pulang-pergi tarifnya Rp 500 ribu. ''Waktunya sekitar satu sampai dua jam," pungkas pria yang sudah dua tahun menjadi masinis kereta wisata itu. (bay)
Sumber: Radar Banyuwangi
0 komentar:
Posting Komentar
Pengunjung Mohon Meninggalkan Jejak Untuk Silaturrahmi Balik.