Foto Saya
Muhamad Ali Saifudin
Berbuat dan Bermanfaat
Lihat profil lengkapku

Selamat Datang di Weblog Muhamad Ali Saifudin *)

Penulis berusaha menyajikan berbagai informasi tentang Pendidikan, Belajar Bahasa Inggris, Informasi SMK, NUPTK, Sertifikasi Guru, Wisata, Tips dan Trik. Motto Penulis "Yang Abadi adalah Perubahan dan yang Pasti adalah Ketidakpastian, Siapa yang tidak Berani Berubah tidak akan Memiliki Kepastian".

Copy Paste artikel Tips Trik Wisata Belajar Pidato Bahasa Inggris SMK dalam blog ini boleh asal:

1). Memuat nama penulis Muhamad Ali Saifudin.
2). Menyertakan alamat http://muhamadalisaifudin.blogspot.com ke sumber artikel yang ditulis
.
3). Kritik dan Saran Tips Trik Wisata Belajar Pidato Bahasa Inggris SMK Klik Disini
*) Muhamad Ali Saifudin tinggal di http://muhamadalisaifudin.blogspot.com
Tampilkan postingan dengan label Wisata Banyuwangi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wisata Banyuwangi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Desember 2010

Welcome to Banyuwangi; The Sunrise of Java

. Selasa, 07 Desember 2010
2 komentar
Banyuwangi Tourism: the Sunrise of Java 

Banyuwangi; The Sunrise of Java
BANYUWANGI - Dulu Banyuwangi terkenal sebagai Kota Pisang. Sebutan itu diberikan karena saat itu, sekitar tahun 1980-an, di Banyuwangi masih banyak pohon pisang. Hampir semua warga menanam pohon pisang. Baik di kebun ataupun di pekarangan rumah.

Sampai-sampai muncul nama pisang Sobo –orang di luar Banyuwangi menyebutnya pisang Kepok atau pisang Kapuk. Setelah era 90-an pohon pisang mulai berkurang. Seiring dengan hilangnya pohon pisang, sebutan Kota Pisang juga tidak lagi bergema.

Berbeda dengan julukan Banyuwangi sebagai Lumbung Padi Jatim. Karena sampai sekarang hasil panen padi Banyuwangi masih surplus, julukan itu tetap melekat. Bahkan, julukan itu sudah menasional menjadi begini: Jawa Timur adalah lumbung padi nasional. Lumbung padi Jawa Timur adalah Banyuwangi.

Nasib pisang dan padi sangat bertolak belakang. Pisang terpuruk, padi tetap eksis. Keterpurukan itu seharusnya tidak perlu terjadi jika mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah, c.q. dinas terkait.

Buktinya, Lumajang sampai sekarang bisa mempertahankan sebutan Kota Pisangnya. Sebutan layak disandang karena di sepanjang jalan Klakah kita bisa menjumpai puluhan lapak menjajakan pisang kayu khas Lumajang. Bentuknya besar dan super panjang.

Lunturnya julukan Kota Pisang Banyuwangi mengundang keprihatinan. Tak ketinggalan saya dan beberapa teman wartawan senior. Kami pun terlibat diskusi (tentu saja di sela-sela waktu memburu berita) intens sekali, terutama dengan almarhum Pomo Martadi –wartawan yang juga penyair.

Kesimpulannya, tidak mungkin bersikukuh menggunakan sebutan Kota Pisang. Akhirnya, kami sepakat untuk membuat sebutan baru. Yakni, Kota Gandrung. Karena terus kami pakai dalam berita, dalam sekejab kata Kota Gandrung langsung populer.

Tak lupa pula, dalam batang berita kami sering memasukkan julukan yang lain. Yakni, Bumi Blambangan. Secara bergiliran kata Kota Gandrung dan Bumi Blambangan kami gunakan untuk mengganti kata Banyuwangi yang disebut lebih dari satu kali.

Ada dua tujuan sekaligus yang ingin kami capai. Pertama, biar pembaca tidak bosan. Kedua, ikut melestarikan warisan budaya dan sejarah daerah ini.

Seperti halnya julukan Kota Pisang, belakangan julukan itu mulai terlupakan. Kali ini penyebabnya bukan kepunahan sebagaimana yang dialami pisang. Melainkan gerusan roda politik.

Tentu saja kita masih ingat kasus pembantaian orang-orang yang diduga sebagai dukun santet. Pelanggaran berat HAM di Banyuwangi itu terjadi akhir 1998. Menewaskan 148 orang. Hasil investigasi NU (Nahdlatul Ulama) menyebut sebagian besar korban merupakan guru mengaji.

Dari Banyuwangi kasus serupa merembet ke sepuluh daerah di Jawa Timur. Yakni, Situbondo, Bondowoso, Jember, Lumajang, Probolinggo, Pasuruan, Bangkalan, Pamekasan, Sampang, dan Sumenep. Total korban meninggal akibat pembunuhan keji itu (termasuk di Banyuwangi) mencapai 235 orang, luka berat 32 orang, dan 35 orang luka ringan.

Peristiwa yang kental nuansa politiknya itu langsung memopulerkan Banyuwangi sebagai Kota Santet. Sangat menyeramkan. Dalam beberapa tahun setelah peristiwa tersebut, orang takut pergi ke Bumi Blambangan. Orang-orang di luar Banyuwangi juga curiga terhadap orang dari Kota Gandrung yang sedang merantau di daerahnya.

Peristiwa politik berikutnya yang mencuatkan nama Banyuwangi adalah aksi anarkis kepada Gus Dur (KH Abdurahman Wahid). Peristiwa yang dialami presiden keempat RI itu terjadi di Gedung Wanita Paramita Kencana beberapa tahun silam.

Konon, insiden tersebut terjadi akibat perseteruan dua kubu di PKB. Dan, konon pula perpecahan pengurus PKB Banyuwangi itu tercatat sebagai perpecahan pertama di Indonesia. Kita tahu, setelah itu DPP PKB pecah dan kedua pihak terlibat perseteruan yang panjang.

Rentetan peristiwa politik itu menahbiskan Banyuwangi sebagai Kota Wisata Politik. Tepatnya, wisata perseteruan politik. Bahkan, wisata kerusuhan! Ingat, saat para pendukung Gus Dur mengamuk dan menutup pelabuhan penyeberangan Ketapang. Akibatnya, aktivitas penyeberangan Ketapang-Gilimanuk terhenti total selama belasan jam. Juga aksi penolakan kedatangan Amien Rais.

Pendek kata, apa yang terjadi di Banyuwangi selalu mengundang perhatian pemerintah pusat. Bahkan, lebih dari itu. Menjalar ke pusat. Jika Banyuwangi menggeliat, pusat ikut menggeliat. Bahkan, bergejolak. Rekaman peristiwa demi peristiwa yang tercatat di cakram otak itu menginspirasi saya.

Maka, lahirlah kalimat ini: Banyuwangi, The Sunrise of Java. Fenomena yang terjadi di Banyuwangi hampir selalu menginspirasi kota atau daerah lain di Jawa, bahkan pemerintah pusat.

Banyuwangi sudah seperti mataharinya seluruh wilayah pulau Jawa. Di pagi hari, orang-orang di Jember sampai Jakarta tidak akan pernah melihat matahari sebelum orang Banyuwangi melihatnya.

Ini artinya, Banyuwangi selalu yang pertama. Nah, begitulah inti filosofi kalimat yang menurut saya bisa menjadi salah satu alternatif julukan baru Banyuwangi itu. Tinggal menggeser saja. Kalau sebelumnya rentetan peristiwa negatif, sekarang harus diganti dengan yang positif.

Dengan modal kekayaan alam melimpah berupa laut, kebun, sawah, dan pariwisata kelas dunia sudah saatnya Banyuwangi menjadi matahari (sumber inspirasi bagi daerah lain) dalam memajukan daerah. Yakni, kemajuan yang menyejahterakan rakyatnya. Dan, akhirnya saya ucapkan, ‘’Welcome to The Sunrise of Java’’.

Sumber: http://radarbanyuwangi.co.id/index.php/artikel-radar/52-internal/125-the-sunrise-of-java
Read More... Welcome to Banyuwangi; The Sunrise of Java

Kamis, 25 November 2010

Jalan Wisata Kawah Gunung Ijen Segera Diperbaiki

. Kamis, 25 November 2010
0 komentar
Perbaikan Jalan Wisata Gunung Ijen Butuh Rp 25 Miliar

Wisata Kawah Ijen Banyuwangi
TEMPO Interaktif, Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mengajukan permintaan anggaran ke Pemerintah Propinsi Jawa Timur sebesar Rp 25 miliar. Anggaran itu akan dipakai untuk memperbaiki jalan menuju obyek wisata Gunung Ijen sepanjang 17 kilometer yang kini rusak parah. Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Agus Siswanto, mengatakan, Pemerintah Banyuwangi tidak mampu menanggung anggaran yang dinilai terlalu besar itu.

Apalagi, kata dia, Gunung Ijen menjadi salah satu dari tiga wisata alam yang dicanangkan menjadi ikon pariwisata Pemerintah Jawa Timur. "Selain Gunung Ijen, juga Gunung Bromo dan Plengkung yang jadi andalan wisata Jatim," kata Agus kepada TEMPO, Selasa (22/11).

Agus menjelaskan, kerusakan jalan menuju Gunung Ijen dari Desa Jambu, Kecamatan Licin hingga Pos Paltuding, Banyuwangi, sudah terjadi sejak 2003 lalu. Kerusakan jalan tersebut mengancam keselamatan pengunjung karena Gunung Ijen dikunjungi ribuan wisatawan asing dan lokal setiap tahunnya. "Apalagi medan jalan juga cukup sulit, menanjak dan curam," katanya.

Rencananya, perbaikan jalan akan ditingkatkan menjadi kualitas hot-mix. Kalau anggaran cair pada tahun ini, maka perbaikan jalan bisa direalisasikan pada 2011.

Sementara, kata dia, Pemerintah Banyuwangi akan membangun dari aspek wisata pendukung seperti penataan penginapan, rumah makan, dan outlet-outlet souvenir di pinggir jalan.

Namun rencana perbaikan jalan menuju Gunung Ijen ini ditentang sejumlah pemandu wisata. Salah satu pemandu wisata, Kisma Donna, mengatakan, perbaikan jalan akan mengancam zona konservasi di kawasan Gunung Ijen.

Menurut dia, kesadaran masyarakat di Banyuwangi masih rendah untuk menjaga kelestarian alam. "Saya khawatir nantinya satwa-satwa liar dan tanaman langka di kawasan Gunung Ijen akan semakin hilang," ujar dia.

Donna mengatakan, seharusnya konsep wisata tidak hanya dipandang dari aspek ekonomi melainkan tetap menjaga keseimbangan lingkungan. Karena, kelestarian alam di Gunung Ijen inilah yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. Menurut dia, jalan menuju Gunung Ijen tidak akan membahayakan pengunjung apabila ditempuh menggunakan moda transportasi yang sesuai medannya.

Gunung Ijen memiliki kawah terbesar di Asia Tenggara sehingga menjadi salah satu tujuan wisata di Jawa Timur. Saat ini pengelolaan kawasan wisata itu berada di bawah Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) III Jawa Timur.Ika Ningtyas
Sumber Image: Wulandyah
Sumber Berita: Tempo Interaktif
Read More... Jalan Wisata Kawah Gunung Ijen Segera Diperbaiki

Selasa, 17 Agustus 2010

Mercusuar Pulau Tabuhan Banyuwangi Hilang

. Selasa, 17 Agustus 2010
0 komentar
Danlanal Banyuwangi Prihatinkan Hilangnya Mercusuar Pulau Tabuhan

Banyuwangi - Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Dan-Lanal) Banyuwangi, Jawa Timur,
Wisatawan Menikmati Pantai Pulau Tabuhan
Letkol Laut EV. Nurokhman memprihatinkan hilangnya alat mercusuar di Perairan Pulau Tabuhan, sekitar 12 mil laut dari Kota Banyuwangi, karena alat itu berfungsi sebagai petunjuk bagi kapal yang akan melewati perairan tersebut terutama di malam hari. "Sudah tiga bulan ini mercusuar di perairan Pulau Tabuhan hilang sehingga tidak ada petunjuk lagi bagi kapal yang melewati perairan pulau karang di bagian utara Kota Banyuwangi itu,"jelas Nurokhman, Sabtu.

Padahal jalur di sekitar Perairan Pulau Tabuhan itu sangat padat karena sering dilalui kapal - kapal niaga yang keluar masuk Banyuwangi maupun kapal - kapal pengangkut batu bara dari Kalimantan dengan tujuan Cilacap Jawa Tengah.

Selain mercusuar di Perairan Pulau Tabuhan, Nurokhman juga mengungkapkan kerusakan mercusuar di Perairan Tanjung Sembulungan, Muncar yang hingga kini masih dalam perbaikan.

Sementara di sekitar Tanjung Seloka hingga Karangente sampai saat ini belum juga ada mercusuar, termasuk di perairan Tanjung Bantenan yang beberapa kali telah terjadi kecelakaan yang menimpa kapal pengangkut batu bara hilang ada yang tenggelam.

Menurut Nurokhman, mercusuar itu sangat berarti bagi nahkoda kapal yang sedang melewati perairan yang ditenggarai banyak ditemukan karang karena dengan lampu suar itu kapal yang lewat bisa mengukur jarak yang harus dilalui sehingga kapal yang dinahkodainya dapat menghindari karang laut yang ada.

Namun Nurokhman mengakui pengadaan mercusuar itu bukan menjadi kewenangannya, tetapi menjadi tanggung jawab Bagian Navigasi Kementerian Perhubungan Laut.

Karena itu pihaknya hanya bisa memberikan saran kepada instansi terkait agar segera memperbaiki mercu suar, baik yang hilang, rusak maupun di perairan yang hingga kini belum ada mercu suarnya.

Menanggapi ulah segelintir orang yang nekat mencuri alat mercusuar di Perairan Pulau Tabuhan, Nurokhman berjanji akan membantu instansi terkait untuk menemukan siapa pelakunya. Pasalnya, tindakan tersebut tidak saja merugikan negara tetapi juga orang lain yang berkepentingan dengan alat suar tersebut.

Sumber Gambar: http://pratuyanuar.blogspot.com
Sumber Berita: http://www.antarajatim.com
Read More... Mercusuar Pulau Tabuhan Banyuwangi Hilang

Senin, 02 Agustus 2010

Praktek Bahasa Inggris di Wisata Plengkung G-Land

. Senin, 02 Agustus 2010
5 komentar
Praktek Bahasa Inggris di Wisata Plengkung G-Land
Oleh Muhamad Ali Saifudin *)

Tegaldlimo Banyuwangi - Kalau sudah berbicara G-Land atau Plengkung yang berada di Taman Nasional Alas Purwo tidak akan pernah ada habisnya. Buktinya adalah ketika Penulis kemarin, 1/8 berkunjung ke Pos Pancur bersama Istri, Amelia dan Anak, Wildan untuk menemani Mahasiswa Staidu Banyuwangi yang akan Praktek Bahasa Inggris di Pantai Plengkung atau G-Land. Penulis kalau hari Minggu dan tanggal merah selalu punya acara "Ternak Teri" (NganTER aNAK, nganTER istRI). Ketika teman teman Mahasiswa Staidu Banyuwangi punya ide untuk mengasah kemampuan Bahasa Inggris yang mereka dapat di Kampus Staidu Muncar Banyuwangi langsung Penulis mengiyakan untuk Praktek Bahasa Inggris di Wana Wisata Taman Nasional Alas Purwo tepatnya di Wisata Surfing Plengkung atau G-Land.

Acara Praktek Bahasa Inggris di Pantai Plengkung atau G-Land kemudian dikemas dalam "English Testimony". Para Mahasiswa Staidu Muncar Banyuwangi mempersiapkan diri dengan membawa kertas "English Testimony" yang nantinya diserahkan ke para "Native Speakers" (Penutur Bahasa Inggris Asli) untuk dinilai setelah para Mahasiswa Staidu Muncar Banyuwangi mengobrol dan mempraktekkan Bahasa Inggrisnya.

Tepat pukul 06.00 WIB, Penulis bersama Istri, Amelia dan sang Pahlawan Kecil, Wildan meluncur ke tempat pemberangkatan di Kampus Staidu Muncar Banyuwangi dengan sepeda motor tercinta, Honda Beat Merah. Penulis tidak ingin terlambat datang, karena pihak Panitia yang diketua oleh Mas Ikhe dan Kang Baehaqi sudah mewanti-wanti teman teman Mahasiswa Staidu untuk datang tepap waktu. Sesampai di Kampus Staidu, Penulis hanya menjumpai Mas Ikhe saja, sedang teman teman Mahasiswa Staidu lainnya belum menampakkan batang hidungnya.

Menjelang pukul 07.30 WIB, teman teman Mahasiswa Staidu, satu persatu mulai menampakkan batang hidungnya. akhirnya sambil menunggu dan menunggu, rasa tak sabar juga hinggap di Pahlawan Kecilku, Wildan. Dia tentunya sudah tak sabar ingin naik mobil favoritnya meluncur ke Taman Nasional Alas Purwo agar cepat sampai di Plengkung atau G-Land. Tepat pukul 08.10 WIB mobil L-300 warna metalik mendekat di sebelah parkir Kampus Staidu Muncar Banyuwangi. Setelah teman teman Mahasiswa Staidu naik,kamipun langsung meluncur ke TKP di Taman Nasional Alas Purwo meskipun sesekali terdengar suara suara sumbang yang 'ngrasani' temannya karena udah standby semenjak pukul 06.00 WIB termasuk Penulis.

Perjalanan menuju ke Taman Nasional Alas Purwo merupakan sensasi tersendiri bagi Penulis bersama 'Rombong'nya. Seperti biasanya, Mobil kami harus berjibaku ketika memasuki Hutan Alas Purwo, yang dikelola oleh Pihak Perhutani Banyuwangi Selatan. Apalagi beberapa hari terakhir Banyuwangi sering diguyur hujan yang tak menentu menambah "goyangan" mobil kami makin mengasyikkan. Sebelum sampai di Pos Rowo Bendo, Pos Pertama untuk membeli tiket, Penulis dan teman teman Mahasiswa harus saling berkejar-kejaran dan saling salip dan menyalib dengan beberapa mobil jeep, yang kelihatannya dari orang orang "kota" Banyuwangi.

Ketika memasuki kawasan sebelah selatan Sadengan, penulis dan teman teman Mahasiswa melihat serombongan kijang, atau kancil atau antelop yang melintas didepan mobil kami. Pak sopir, Kang Anto langsung menghentikan laju mobil kami untuk memberi kesempatan kepada para Kijang, Kancil atau Antelop untuk melintas. Pahlawan Kecilku, Wildan langsung terbangun begitu ada suara ramai ada kijang yang melintas. Diapun begitu gembira bisa melihat rombongan kijang yang langka disaksikan oleh para Pengunjung yang datang ke Taman Nasional Alas Purwo.

Setelah sampai di Pos Pancur, Penulis melihat sudah banyak kendaraan yang parkir di Tempat Parkir Pos Pancur. Hari ini rupanya banyak pengunjung yang ingin menikmati indahnya Taman Nasional Alas Purwo. Mungkin karena hari ini adalah Minggu ke-2 terakhir menjelang Awal Ramadhan 1431 H. Selang beberapa saat, datang rombongan dari MTs Darul Ulum Wringinputih Muncar dengan mengendarai 2 truk, dengan siswa sekitar 50 siswi. Dibelakang rombongan dari MTs Darul Ulum Wringinputih Muncar ternyata masih ada 3 truk lagi dari MA Darul Ulum Wringinputih Muncar yang mengangkut  sekitar 70 siswa dan siswa yang didampingi oleh para Guru MTs Darul Ulum dan MA Darul Ulum.

Seperti biasa, Pengunjung yang datang di Pos Pancur, Taman Nasional Alas Purwo yang ingin menikmati indahnya Ombak dan Surfing di Pantai Plengkung atau G-Land harus antri untuk naik mobil "Grandong" yang disiapkan oleh pihak Taman Nasional Alas Purwo. Ketika itu hanya ada 3 "Grandong" yang siap dioperasionalkan, karena yang 2 sudah "almarhum". Penulis dan Rombongan lain harus sabar menunggu giliran untuk naik Mobil "Grandong" yang hanya mampu mengangkut 15 orang saja per trip.

Hampir ada 300 orang yang berkunjung di Pos Bedul dengan berbagai tujuan, ada yang hanya sekedar makan bersama di Pos Pancur, ada yang ingin ke Goa Istana, Goa Mayangkara, Goa Padepokan, ada yang benar benar "gila" ingin ke Plengkung atau G-Land meskipun dengan jalan kaki. Tapi kebanyakan dari Pengunjung Alas Purwo hari itu banyak yang ingin ke Plengkung atau G-Land, terutama para Siswa yang ingin Praktek Bahasa Inggris dengan para Turis Asing yang banyak menginap dan bermain Surfing di Pantai Plengkung atau G-Land.

Ada beberapa sekolah yang ingin Praktek Bahasa Inggris dengan para Turis di Pantai Plengkung atau G-Land diantaranya dari Aloha English Course, Bapak Ridwan/ John Kedunggebang 50 orang, MTs Darul Ulum Wringinputih Muncar 60 orang, MA Darul Ulum Wringinputih Muncar 70 orang, Staidu Wringinputih Muncar 12 orang, Staida Blokagung Tegalsari 10 orang dan dari SMK PGRI 2 Rogojampi 25 orang.

Karena saking banyaknya pengunjung dan siswa yang akan Praktek Bahasa Inggris di Plengkung atau G-Land. Mobil "Grandong" yang melayani rute Pancur-Plengkung tidak mampu membawa para pengunjung. Banyak diantara pengunjung yang tidak sabar ingin segera ke Plengkung atau G-Land, akhirnya mereka harus rela berjalan kaki menuju ke Plengkung sejauh 7 KM yang bisa ditempuh selama 1 sampai 2 jam. Karena Penulis harus mengalah kepada teman2 siswa yang akan Praktek Bahasa Inggris di Plengkung. Penulis memutuskan untuk membawa sang Pahlawan Kecil bermain di Pantai Pancur yang tak kalah indah dan menakjubkan daripada Pantai Plengkung atau G-Land.

Sore mulai merayap dan sang surya pun mulai malu dan enggan menampakkan sinarnya. Para Pengunjung Alas Purwo mulai bersiap siap meninggalkan Pos Pancur untuk kembali pulang. Malampun akhirnya menampakkan kekuatannya. Penulis bersama sang Istri, Amelia dan sang Pahlawan Kecil, Wildan berkemas kemas di Masjid Al Purwo untuk ibadah maghrib sambil menunggu teman teman Mahasiswa Staidu.

Akhirnya, suara knalpot mobil L-300 yang kami tumpangi menderu-deru memanggil para penumpangnya untuk segera naik dan meluncur kembali ke habitat aslinya di Kampus Staidu Muncar. Good Bye Plengkung, Good Bye Alas Purwo. See You Someday.

Udah dulu ya ceritanya.... so pasti disambung lagi. Nggak ada habisnya.

*) tinggal di http://muhamadalisaifudin.blogspot.com
Foto - Foto Plengkung G-Land lihat juga di http://fotoalisaifudin.blogspot.com
Read More... Praktek Bahasa Inggris di Wisata Plengkung G-Land

Percintaan Luc dan Ellie di Alas Purwo

.
0 komentar
(Luc dan Elllie, pasangan suami isteri muda asal Afrika Selatan yang mengaku turis backpacker, tengah bercengkerama di pantai karang kawasan wisata Plengkung, Taman Nasional Alas Purwo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (26/4). Cinta keduanya kepada alam membuat mereka nekat tidur di mana saja.)

Apa jadinya jika cinta dua sejoli menyatu dengan cinta pada peri- kehidupan alam liar? Jawabnya: kenekatan pasangan Luc dan Ellie di pantai sunyi Plengkung, kawasan Taman Nasional Alas Purwo, yang terkenal angker itu. Kami mengenal keduanya saat mereka minta tumpangan pada Mazda double cabin yang kami gunakan, Minggu pukul 14.00 di pos penjagaan Pancur, Taman Nasional Alas Purwo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

”Saya sudah tidur di pinggir pantai dua hari. Kami bikin api dan masak mi. Kami mau coba ke Plengkung untuk surfing,” kata Luc (23), anak muda yang mengaku dari London dan baru saja menggelandang di Pulau Dewata selama sepekan bersama istrinya, Ellie, asal Afrika Selatan.

Alam asli, liar, tapi berbiaya murah; itulah obsesi dan cara pendekatan Luc dan Ellie van der Walt (21) akan ”dunia” mereka. Demi menghemat biaya pula, tiga hari sebelumnya sejoli itu memilih menyeberang dengan feri dari Gilimanuk, Bali, ke Ketapang, Banyuwangi.

Masalah sebenarnya sudah timbul menjelang masuk Hutan Purwo, saat kami melewati pos penjagaan pertama Rowobendo. Margo, penjaga tiket, bertanya, ”Mau berwisata atau mencari bahan berita, Mas. Kalau mencari bahan berita, tidak boleh. Kalau berwisata, boleh masuk.”

Alas Purwo”Kami pilih berwisata saja, Mas Margo,” jawab kami buru-buru. ”Ya, silakan. Soalnya kalau mau meliput harus bawa simaksi, surat izin masuk kawasan konservasi,” kata Margo sopan sekali.

Kawasan Taman Nasional Alas Purwo meliputi luas areal sekitar 43.420 hektar (ha) dan hampir 40 persen merupakan hutan bambu. Tipe vegetasi utamanya hutan hujan tropis dataran rendah dan terdapat mamalia besar, banteng. Sedangkan mamalia kecil antara lain rusa, kijang, babi hutan, macan tutul, dan kera. Jenis burung yang sering dijumpai: ayam hutan, beo, kangkareng, jalak, puter, dan ketilang. Rombongan ekspedisi bahkan bersua dengan kijang, rombongan merak, lutung, monyet, serta puluhan rase.

Margo menerangkan, dari Pos Pancur—yaitu pos selanjutnya yang berjarak sekitar 8 kilometer—mobil dan motor tidak boleh masuk kecuali harus menyewa mobil pengelola kawasan itu, Rp 130.000 per mobil.

Masalah

Di Pancur, pos kedua, inilah Luc dan Ellie bergabung. Keduanya rela terguncang-guncang di bak belakang sampai di Plengkung, pantai yang melengkung, dan ternyata amat sangat populer bagi kalangan peselancar dunia dengan sebutan G-Land. Disebut G-Land karena pantainya melengkung mirip huruf G.

Alas PurwoKonon di G-Land inilah gelombang besar terhimpun dan gelombang panjang bergulung bertalu-talu. Inilah satu dari empat tempat serupa di dunia yang masuk kategori ”impian” bagi peselancar sejagat. ”Memang, Pak, Plengkung ini sangat populer. Lihat saja di internet,” kata Nanang, petugas jaga Taman Nasional Alas Purwo di Pos Pancur.

Persoalan mendadak jadi kompleks. Bayangkan, tempat paling favorit bagi peselancar sejagat itu ternyata ada di dalam Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. Istilah taman nasional bagi sebagian besar penduduk pedesaan adalah teror karena beberapa yang terjadi di Indonesia, begitu satu kawasan dinyatakan sebagai taman nasional, kawasan itu steril dari penduduk, aktivitas apa pun. Petani pencari rumput pun harus menyingkir dari sana.

Namun, di Alas Purwo, taman nasional itu ”menyewakan” kepada empat investor untuk membangun cottage atau resor, yaitu Plengkung Indah Wisata alias Joyo’s Camp, Wanasasi Pramita Ananta atau Bobby’s Camp, Wana Wisata Alam Hayati (WWAH) alias Raymond’s Camp, dan Kenari Wisata alias Tiger’s Camp. ”Kontrak mereka 20 tahun untuk kawasan antara 2 hektar sampai 5 hektar. Kalau mereka melanggar, seperti salah satu resor, ya langsung dicabut. Tapi ini urusan orang atas, Mas,” kata salah satu petugas lapangan.

Alas PurwoMasalah kedua, Luc dan Ellie adalah backpacker, pelancong miskin yang langsung mundur begitu ditodong tarif cottage Raymond’s Camp alias WWAH 45 dollar AS per malam. ”Itu terlalu mahal. Itu untuk orang kaya,” begitu gerutu Luc.

Masalah ketiga: inilah kontradiksinya: sedikitnya 40 goa karst di Alas Purwo ini adalah kawasan sakral, lahan untuk bersemadi bagi pencinta selancar batin sejak zaman Majapahit. Nanang, anggota staf taman nasional itu, menyebut goa-goa tersebut adalah tempat bertapa para ”peselancar batin”.

”Kebetulan yang banyak orang Jawa dan orang lokal, Mas,” kata Nanang sambil menyebutkan sejumlah nama pejabat dan tokoh masyarakat yang ternyata pernah bertapa, antara lain di Goa Mangreng, Padepokan, Basori, Mayangkara, Istana, dan Goa Haji.

Karena biaya menginap tak terjangkau itulah Luc dan Ellie duduk muram di karang pantai, beberapa meter dari cottage WWAH tadi. Di belakang mereka, beberapa orang dari WWAH menjual hotdog dan roti bakar lengkap dengan pemanggang listriknya di sana. Mereka juga menyediakan bir.

Luc hanya mengelus-elus kaki istrinya yang bentol di mana-mana karena gigitan nyamuk. ”Saya ini pelukis dan pematung. Saya hanya ingin eksplor, eksplor mencari tempat-tempat sunyi dan liar,” kata Luc yang kumisnya mengingatkan pada tokoh perompak mbeling Johnny Depp dalam Pirates of The Caribbean.

Alas PurwoSetiba dari Bali, Luc dan Ellie sudah menginap di Alas Purwo, benar-benar tidur di alam terbuka, pinggir hutan yang berbatas laut, hanya mengandalkan sleeping bag. Pasangan suami-istri belia itu tidur di Pantai Triangulasi, tak jauh dari Pos Pancur. Di sekitar mereka berwisata ”ala Tarzan” itu, puluhan turis asing yang berduit minum bir dan bercengkerama menunggu gelombang pasang.

”Oke, oke. Kami ikut balik saja ke Pos Pancur. Kami bisa diantar ke goa-goa tempat bertapa? Kami mungkin akan tidur di sana,” kata Luc dan Ellie.

”Baik, malam ini saya akan cerita tentang goa-goa dan para pertapa itu. Silakan ke warung dulu,” kata Nanang menghibur Luc dan Ellie yang gagal menikmati ombak Plengkung seperti turis bule lain.…


KOMPAS
Read More... Percintaan Luc dan Ellie di Alas Purwo

Kamis, 15 Juli 2010

25 Tahun Kereta Wisata Beroperasi di Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi

. Kamis, 15 Juli 2010
0 komentar
Merinding Masuk Terowongan Tua Sepanjang 1 Km

Kereta Wisata Kalibaru Banyuwangi
Sejak 1985, PT. Kereta Api Indonesia (KAI) Daops IX mengoperasikan kereta wisata. Rute yang dilewati adalah perkebunan kopi, terowongan, dan jembatan yang dibangun pada masa Belanda. Selama 25 tahun beroperasi, pengguna kereta wisata itu kebanyakan turis dari Belanda.

ABDUL AZIZ, Banyuwangi

---

"INGIN melihat karya nenek moyang?''. Itulah sepenggal alasan para turis dari Belanda yang selama ini memanfaatkan fasilitas kereta wisata milik PT. KAI jurusan Kalibaru-Banyuwangi-Garahan, Jember.

Memang, sejak beroperasi 25 tahun silam, kereta wisata yang berkapasitas delapan penumpang itu lebih banyak diminati para turis asing, terutama dari Belanda. Orang Indonesia, khususnya warga Banyuwangi, jarang memanfaatkan kereta wisata itu.

Para turis dari Belanda mengaku sangat senang naik kereta wisata tersebut. Sebab, sepanjang perjalanan, banyak lokasi dan bangunan peninggalan Belanda.

Para penumpang kereta wisata tersebut ketika sampai di lereng pegunungan Kalibaru akan disuguhi hijaunya perkebunan kopi yang notabene juga peninggalan Belanda.

Oleh karena itu, ketika sampai di perkebunan kopi, turis dari Belanda itu dipastikan akan minta berhenti.

Mereka ternyata ingin menikmati pemandangan di perkebunan kopi karya Belanda itu. Selain menikmati pemandangan di kebun kopi, para turis Belanda yang kebanyakan datang bersama keluarga itu juga tidak segan mengabadikan gambar.

Puas menikmati dan mengabadikan perkebunan kopi, para turis dari Belanda itu biasanya langsung melanjutkan perjalanan ke arah barat. Tujuannya adalah melihat langsung terowongan kereta api yang terletak di bawah Gunung Kumitir, perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jember.

Sama seperti perkebunan kopi, terowongan sepanjang satu kilometer itu juga diakui sebagai karya Balanda. Maka dari itu, ketika sampai di sana, para turis dari Belanda itu sangat terkagum-kagum dengan karya nenek moyangnya itu. Tanpa membuang waktu dan kesempatan, mereka pun mengabadikan gambar terowongan tersebut. Bahkan, sesekali foto bersama dengan latar belakangan terowongan.

Bagi pengunjung yang tak terbiasa, masuk terowongan sepanjang itu mungkin bisa membuat bulu kuduk berdiri. Puas di terowongan, biasanya mereka menuju jembatan sepanjang 600 meter di kawasan Garahan, Jember. Lagi-lagi, jembatan tua itu diakui sebagai karya nenek moyang mereka. ''Baru setelah dari sana (jembatan panjang, Red), turis dari Belanda itu minta kembali ke Kalibaru," kata Paidi, 53, masinis kereta wisata.

Selain turis Belanda, pengunjung yang suka menikmati pemandangan di sepanjang jalur tersebut adalah wisatawan dari Kota Malang. ''Kalau yang dari Malang, ya rata-rata memang berkunjung biasa saja, bukan karena ada peninggalan nenek moyangnya," ujar bapak tiga anak itu.

Bagaimana dengan pengunjung dari Banyuwangi? Ternyata warga Kota Gandrung kurang berminat menikmati kereta wisata tersebut. Selama ini, warga Banyuwangi yang berwisata dengan kereta dua gerbong itu nyaris nihil. ''Sangat jarang sekali. Mungkin karena orang Banyuwangi sudah sering melihat pemandangan seperti ini ketika naik kereta api," ujarnya.

Kereta wisata itu jam terbangnya terbatas, karena harus menyesuaikan jadwal kereta api yang melintas di jalur tersebut. Kereta wisata itu hanya beroperasi pada pukul 08.00 sampai 10.00, kemudian pukul 11.00 sampai 13.00. ''Hanya jam-jam itu kami beroperasi. Di luar jadwal itu, jelas nggak bisa, karena khawatir benturan dengan jadwal kereta api reguler," ujarnya.

Berapa tarif naik kereta wisata tersebut? Ternyata lumayan murah. Pulang-pergi tarifnya Rp 500 ribu. ''Waktunya sekitar satu sampai dua jam," pungkas pria yang sudah dua tahun menjadi masinis kereta wisata itu. (bay)
Sumber: Radar Banyuwangi
Read More... 25 Tahun Kereta Wisata Beroperasi di Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi

Rabu, 07 Juli 2010

Mengarungi Hutan Mangrove di Bedul

. Rabu, 07 Juli 2010
0 komentar
Taman Nasional Alas Purwo
Mengarungi Hutan Mangrove di Bedul


BANYUWANGI, KOMPAS.com - Tempat wisata yang satu ini terbilang baru di Jawa Timur. Namanya baru dikenal dalam setahun terakhir. Wisata Pantai Bedul, demikian namanya. Kadang kala ditambahi dengan wisata Mangrove Blok Bedul.

Wisata Mangove Bedul berada di Dusun Bloksolo, Desa Sumberasri, Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. Nama itu tidaklah berlebihan. Wisatawan yang berkunjung ke tempat itu akan menjumpai ribuan pohon Mangrove atau bakau.

Sejauh mata memandang, hutan mangrove itu menaungi perairan Blok Bedul. Blok Bedul merupakan daerah hilir dari DAS Stail. Aliran sungai itu membentuk rawa air payau. Warga sekitar menyebut kawasan ini dengan segara anakan.

Wilayah ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Alas Purwo (TNAP). Wisata Mangrove Bedul memang terletak di tengah-tengah antara pantai Grajagan dan Purwo serta Plengkung (G-Land).

Sejak awal tahun 2009 lalu, geliat wisata pantai ini semakin dikembangkan. Meskipun kini, pengelola wisata ini masih terus mengembangkan untuk memuaskan pengunjung. Berada di wilayah selatan kota Banyuwangi, akses menuju kawasan ini kini sangat mudah.

Jalan menuju tempat wisata ini merupakan jalan hotmix. Meski harus menembus hutan milik Perhutani, kendaraan roda empat dengan mudah melewatinya hingga di tempat parkir wisata
Mangrove Bedul.

Menurut pemandu wisata, Fitria Agustina, sejak dikenal setahun ini, jumlah pengunjung makin banyak. "Apalagi kalau hari libur atau akhir pekan, pengunjungnya ratusan," ujarnya.

Wisatawan tidak akan rugi untuk mampir ke Mangrove Bedul. Wisata edukasi, rekreasi dan juga petualangan menanti. Tempat itu sangat cocok bagi dunia pendidikan. Mangrove, seluk-beluknya dan juga anek ragam hayati baik flora dan fauna bisa dipelajari di Bedul.

Pada tahun 2009, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Balai Pengelolaan Mangrove Wilayah I - Departemen Kehutanan menanam 25 ribu batang bibit mangrove di kawasan tersebut.

Selain tentunya, rimbunnya hutan mangrove sudah menanti mata wisatawan. Ada empat jenis bibit yang ditanam yakni Sonneratea Casiolaris, Cariops Sp, Bruguera Sp dan Rizhophora Sp.

Selain flora, aneka ragam fauna juga bisa ditemukan di tempat itu. Kala segara anakan sedang surut dan sedang musim kerang, wisatawan akan disuguhi atraksi para pencari kerang.

Wisatawan bisa melihat langsung dan juga membeli kerang segar dari segara anakan. Tidak lupa tentunya, ikan Bedul yang kini menjadi nama wisata tersebut. Ikan Bedul, mirip ikan gabus yang mempunyai sirip merupakan ikan air payau.

Ikan itu sangat gurih jika digoreng dan dicocol dengan sambal. Hewanlain yang bisa ditemukan adalah kera, biawak, burung elang, burung dara laut, belibis, bangau, ikan terbang, kodok rawa
(mudskeper), king fisher, kecuk, kirik-kirik hingga burung migran dari benua Australia. Untuk
burung migran dari Australia hanya bisa ditemukan dalam bulan-bulan tertentu.

Sebelumnya, di segara anakan hanya ada dermaga kecil yang dilabuhi beberapa perahu yang disebut warga sekitar 'godang-gandung'. Namun sejak enam bulan lalu, sebuah dermaga pandang telah dibangun.

Dengan begitu, pengunjung tidak perlu takut kena air pasang yang meluber ke daratan. "Dulu kalau air pasang, sulit menjangkau dermaga. Sekarang sudah ada jalan jadi mengeenakkan wisatawan," lanjut Fitri.

Dermaga pandang itu mempunyai panjang 225 meter. Pengunjung dikenakan tarif jika ingin mengelilingi segara anakan dengan perahu gondang-gandung. Dengan tarif Rp 7.000, pengunjung bisa puas berkeliling segara anakan hingga ke bibir selatan segara anakan.

Di ujung selatan, pengunjung bisa menjelajah hutan dan menuju pantai selatan yang terkenal dengan gelombangnya. Di pantai tersebut, pengunjung bisa menikmati hamparan pasir.

Tidak hanya berkeliling ke segara anakan, pengunjung juga bisa mendapat pelayanan lain yakni menuju kawasan Kere (tempat peristirahatan pencari ikan), Pantai Ngagelan dan Pantai Cungur.

Untuk menuju pantai Kere, pengujung dikenakan tarif Rp 150.000 untuk 15 orang dalam satu perahu. Perjalanan ke pantai tersebut membutuhkan waktu satu jam.

Sedangkan ke pantai Ngagelan membutuhkan waktu setengah hari dengan tarif Rp 300.000 untuk 15 orang. Di pantai yang berada di kawasan alas Purwo itu, pengunjung bisa melihat penangkaran penyu. Sementara ke Cungur, untuk 15 orang dikenakan tarif Rp 200.000.

"Pakai perahu itu. Insyaallah aman karena kan hanya menyusuri sungai dengan riak kecil," kata Fitri.

Mandi di Bedul
Selain untuk rekreasi, kawasan Bedul dalam tiga bulan juga menjadi jujugan warga yang ingin menyembuhkan penyakit. Penyembuhan itu dengan cara mandi di pancuran air dekat tempat parkir wisata Mangrove Bedul.

Pancuran air itu sebenarnya tidak muncul begitu saja. Awalnya, pengelola kawasan wisata membuat sumur bor dengan harapan bisa mengalirkan air bersih yang bisa disalurkan ke kamar mandi umum yang telah disediakan. "Tetapi ketika dibor dengan kedalaman 32 meter sudah muncul air, katanya sekitar sini air bisa mengucur kalau dibor dengan kedalaman lebih dari 50 meter," ujar Fitria Agustina, pemandu wisata.

Kejadian itu menjadi kabar dari mulut ke mulut. Kabar itu rupanya menarik sejumlah orang, terutama mereka yang mempunyai penyakit seperti pegal-pegal, bahkan hingga sakit stroke.

Uniknya, warga yang berniat berobat memilih mandi dini hari. Bahkan jika malam Jumat, ratusan orang berbondong-bondong ke tempat itu, mulai tengah malam hingga pagi hari. "Saya sudah dua kali mandi di tempat ini, dan rasanya badan enteng," kata Mbah Nursamsiah ditemui usai mandi di pancuran air itu.

Tukini, seorang warga asal Sumatra juag mendengar kabar tentang pancuran itu. Ia yang menderita stroke kini rajin mandi di tempat itu setiap usai salat subuh. Perempuan yang menginap di rumah saudaranya di Desa Sumberasri itu mengaku strokenya sedikit berkurang.

Karena animo masyarakat tinggi, maka pengelola setempat menyediakan dua pancuran yang dikelilingi kain pembatas. Sayangnya, tempat itu masih terbuka sehingga bagi orang dewasa, mereka mandi dengan masih mengenakan baju. Di tempat itu juga belum disediakan tempat tertutup untuk ganti pakaian. (Sri Wahyunik)
Sumber: http://sains.kompas.com/read/2010/06/06/17185766/Mengarungi.Hutan.Mangrove.di.Bedul
Foto by Muhamad Ali Saifudin.
Read More... Mengarungi Hutan Mangrove di Bedul

Rabu, 09 Juni 2010

Mengarungi Hutan Mangrove di Bedul

. Rabu, 09 Juni 2010
0 komentar
Penanaman Mangrove di Wisata Bedul Alas Purwo
BANYUWANGI, KOMPAS.com - Tempat wisata yang satu ini terbilang baru di Jawa Timur. Namanya baru dikenal dalam setahun terakhir. Wisata Pantai Bedul, demikian namanya. Kadang kala ditambahi dengan wisata Mangrove Blok Bedul.Wisata Mangove Bedul berada di Dusun Bloksolo, Desa Sumberasri, kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. Nama itu tidaklah berlebihan. Wisatawan yang berkunjung ke tempat itu akan menjumpai ribuan pohon Mangrove atau bakau.Sejauh mata memandang, hutan mangrove itu menaungi perairan Blok Bedul. Blok Bedul merupakan daerah hilir dari DAS Stail. Aliran sungai itu membentuk rawa air payau. Warga sekitar menyebut kawasan ini dengan segara anakan.

Wilayah ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Alas Purwo (TNAP). Wisata Mangrove Bedul memang terletak di tengah-tengah antara pantai Grajagan dan Purwo serta Plengkung (G-Land).
Sejak awal tahun 2009 lalu, geliat wisata pantai ini semakin dikembangkan. Meskipun kini, pengelola wisata ini masih terus mengembangkan untuk memuaskan pengunjung. Berada di wilayah selatan kota Banyuwangi, akses menuju kawasan ini kini sangat mudah.

Jalan menuju tempat wisata ini merupakan jalan hotmix. Meski harus menembus hutan milik Perhutani, kendaraan roda empat dengan mudah melewatinya hingga di tempat parkir wisata Mangrove Bedul.
Menurut pemandu wisata, Fitria Agustina, sejak dikenal setahun ini, jumlah pengunjung makin banyak. "Apalagi kalau hari libur atau akhir pekan, pengunjungnya ratusan," ujarnya.

Wisatawan tidak akan rugi untuk mampir ke Mangrove Bedul. Wisata edukasi, rekreasi dan juga petualangan menanti. Tempat itu sangat cocok bagi dunia pendidikan. Mangrove, seluk-beluknya dan juga anek ragam hayati baik flora dan fauna bisa dipelajari di Bedul.

Pada tahun 2009, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Balai Pengelolaan Mangrove Wilayah I - Departemen Kehutanan menanam 25 ribu batang bibit mangrove di kawasan tersebut.
Selain tentunya, rimbunnya hutan mangrove sudah menanti mata wisatawan. Ada empat jenis bibit yang ditanam yakni Sonneratea Casiolaris, Cariops Sp, Bruguera Sp dan Rizhophora Sp.

Selain flora, aneka ragam fauna juga bisa ditemukan di tempat itu. Kala segara anakan sedang surut dan sedang musim kerang, wisatawan akan disuguhi atraksi para pencari kerang.

Wisatawan bisa melihat langsung dan juga membeli kerang segar dari segara anakan. Tidak lupa tentunya, ikan Bedul yang kini menjadi nama wisata tersebut. Ikan Bedul, mirip ikan gabus yang mempunyai sirip merupakan ikan air payau. Ikan itu sangat gurih jika digoreng dan dicocol dengan sambal. Hewanlain yang bisa ditemukan adalah kera, biawak, burung elang, burung dara laut, belibis, bangau, ikan terbang, kodok rawa (mudskeper), king fisher, kecuk, kirik-kirik hingga burung migran dari benua Australia. Untuk
burung migran dari Australia hanya bisa ditemukan dalam bulan-bulan tertentu.

Sebelumnya, di segara anakan hanya ada dermaga kecil yang dilabuhi beberapa perahu yang disebut warga sekitar 'godang-gandung'. Namun sejak enam bulan lalu, sebuah dermaga pandang telah dibangun.
Dengan begitu, pengunjung tidak perlu takut kena air pasang yang meluber ke daratan. "Dulu kalau air pasang, sulit menjangkau dermaga. Sekarang sudah ada jalan jadi mengeenakkan wisatawan," lanjut Fitri.
Dermaga pandang itu mempunyai panjang 225 meter. Pengunjung dikenakan tarif jika ingin mengelilingi segara anakan dengan perahu gondang-gandung. Dengan tarif Rp 7.000, pengunjung bisa puas berkeliling segara anakan hingga ke bibir selatan segara anakan.

Di ujung selatan, pengunjung bisa menjelajah hutan dan menuju pantai selatan yang terkenal dengan gelombangnya. Di pantai tersebut, pengunjung bisa menikmati hamparan pasir. Tidak hanya berkeliling ke segara anakan, pengunjung juga bisa mendapat pelayanan lain yakni menuju kawasan Kere (tempat peristirahatan pencari ikan), Pantai Ngagelan dan Pantai Cungur.

Untuk menuju pantai Kere, pengujung dikenakan tarif Rp 150.000 untuk 15 orang dalam satu perahu. Perjalanan ke pantai tersebut membutuhkan waktu satu jam.Sedangkan ke pantai Ngagelan membutuhkan waktu setengah hari dengan tarif Rp 300.000 untuk 15 orang. Di pantai yang berada di kawasan alas Purwo itu, pengunjung bisa melihat penangkaran penyu. Sementara ke Cungur, untuk 15 orang dikenakan tarif Rp 200.000.

"Pakai perahu itu. Insyaallah aman karena kan hanya menyusuri sungai dengan riak kecil," kata Fitri.

Mandi di Bedul - Selain untuk rekreasi, kawasan Bedul dalam tiga bulan juga menjadi jujugan warga yang ingin menyembuhkan penyakit. Penyembuhan itu dengan cara mandi di pancuran air dekat tempat parkir wisata Mangrove Bedul.
Pancuran air itu sebenarnya tidak muncul begitu saja. Awalnya, pengelola kawasan wisata membuat sumur bor dengan harapan bisa mengalirkan air bersih yang bisa disalurkan ke kamar mandi umum yang telah disediakan. "Tetapi ketika dibor dengan kedalaman 32 meter sudah muncul air, katanya sekitar sini air bisa mengucur kalau dibor dengan kedalaman lebih dari 50 meter," ujar Fitria Agustina, pemandu wisata.

Kejadian itu menjadi kabar dari mulut ke mulut. Kabar itu rupanya menarik sejumlah orang, terutama mereka yang mempunyai penyakit seperti pegal-pegal, bahkan hingga sakit stroke.
Uniknya, warga yang berniat berobat memilih mandi dini hari. Bahkan jika malam Jumat, ratusan orang berbondong-bondong ke tempat itu, mulai tengah malam hingga pagi hari. "Saya sudah dua kali mandi di tempat ini, dan rasanya badan enteng," kata Mbah Nursamsiah ditemui usai mandi di pancuran air itu.
Tukini, seorang warga asal Sumatra juag mendengar kabar tentang pancuran itu. Ia yang menderita stroke kini rajin mandi di tempat itu setiap usai salat subuh. Perempuan yang menginap di rumah saudaranya di Desa Sumberasri itu mengaku strokenya sedikit berkurang.

Karena animo masyarakat tinggi, maka pengelola setempat menyediakan dua pancuran yang dikelilingi kain pembatas. Sayangnya, tempat itu masih terbuka sehingga bagi orang dewasa, mereka mandi dengan masih mengenakan baju. Di tempat itu juga belum disediakan tempat tertutup untuk ganti pakaian. (Sri Wahyunik)

Sumber : Kompas
Read More... Mengarungi Hutan Mangrove di Bedul

Minggu, 23 Mei 2010

EkoWisata Mangrove Bedul di Google Top Ten

. Minggu, 23 Mei 2010
0 komentar
Inilah Hasil Google Top Ten, ketika Penulis mencoba mencari Informasi Wisata Bedul di Search Engine dengan menggunakan kata kunci Wisata Bedul. dan Inilah hasil dari Google Search Engine tentang Ekowisata Mangrove Bedul yang berada di Taman Nasional Alas Purwo. Penulis mencoba untuk mencari tahu diposisi mana hasil pencarian tentang Wisata Bedul. Berikut ini hasilnya...

#
Wisata Mangrove Bedul Blok Solo
- [ Translate this page ]
Tidak salah jika kawasan wisata mangrove Bedul di Blok Solo, Desa Sumberasri, ... Bahkan di wisata Bedul Blok Solo terdapat burung elang laut perut putih, ...
#
Rekreasi Keluarga di Eko Wisata Bedul Hutan Mangrove
- 2 visits - May 14 - [ Translate this page ]
9 Mei 2010 ... Dengan perhitungan aji mumpung dekat dengan lokasi Eko Wisata Mangrove Bedul yang berada di Blok Solo Desa Sumberasri Kecamatan Purwoharjo, ...
Show more results from muhamadalisaifudin.blogspot.com
#
A New Day Has Come » Blog Archive » Wisata Bedul Raya
- [ Translate this page ]
Wisata Bedul Raya. Menikmati Lebaran di Bedul Raya. Tempat wisata baru ini pernah di copas juga dari radar bwi ke lareosing.org ...
www.noped.net/banyuwangiku/wisata-bedul-raya/ - Cached - Similar
#
- Desa Wisata Mangrove – Bedul
- [ Translate this page ]
Desa Wisata Mangrove – Bedul, Apr 19, '10 11:00 PM for everyone. Slideshow. Pintu Masuk Bedul 1.jpg. Jalan Menuju Bedul 2.jpg. Jalan Menuju Bedul 3.jpg ...
lareozing.multiply.com/photos/album/18/18 - Cached
#
Zona Berita : Berani Kritis dan Inspiratif » Bedul, Wisata ...
- 3 visits - May 12 - [ Translate this page ]
24 Mar 2010 ... Untuk menuju kawasan wisata mangrove, Bedul, cukup mudah. ... Namun untuk kondisi darurat, kawasan wisata Bedul ini sudah cukup layak untuk ...
www.zonaberita.com/gaya.../bedul-wisata-mangrove-3-rasa.html/ - Cached
#
lareosing.org - Desa Wisata Mangrove – Bedul
- [ Translate this page ]
Di kawasan wisata bedul menawarkan wisata Mangrove alami. Untuk menuju ke Bedul, dari pusat Kota Banyuwangi anda bisa menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam ...
lareosing.org/content.php?160-Desa-Wisata-Mangrove-–-Bedul - Cached
#
Flickr: Wisata Jawa Timur's Photostream
- [ Translate this page ]
bedul2 by Wisata Jawa Timur. wisata bedul. Anyone can see this photo All rights reserved ... rawa bedul by Wisata Jawa Timur. rawa bedul/segara anakan ...
www.flickr.com/photos/45801851@N05/ - Cached - Similar
#
Cyber TOKOH - Hutan Bakau Blok Bedul Objek Wisata Baru di Banyuwangi
- [ Translate this page ]
1 Mar 2010 ... Sebagai imbalan, pihak TNAP memberikan lahan seluas 4 hektare untuk diolah menjadi kawasan wisata. “Jadilah wisata Blok Bedul yang dikelola ...
www.cybertokoh.com/index.php?option=com_content... - Cached
#
Blok Bedul - Learning
- [ Translate this page ]
Menurut kepada Desa Sumberasri, bapak Drs. Suyatno, Ide awal pengembangan Blok Bedul sebagai wahana Wisata Alam Laut dan Hutan muncul pada awal tahun 2003. ...
search.forkus.com/l/blok-bedul.htm - Cached
#
Menikmati Sunset di Rawa Bedul | warta-indonesia.com | cepat ...
- [ Translate this page ]
8 Mei 2010 ... Setelah sampai di dermaga bedul, maka wisatawan bisa menginap, pengelola wisata bedul menyediakan Home Stay di rumah penduduk sekitar hutan ...
warta-indonesia.com/travel/208-menikmati-sunset-di-rawa-bedul - Cached

Inilah hasil Iseng Iseng Berhadiah Nona Manis Jangan Marah. Ketika Penulis sedang mencoba2 mengetes Hasil Postingan tentang Eko Wisata Mangrove Bedul yang sering Penulis Posting, ini karena kecintaan Penulis Pada Pelestarian Alam dan Lingkungan. Dan Penulis juga sering "memprovokasi" Teman, Relasi, Konco - Konci yang penulis kenal untuk datang dan menikmati keindahan Wisata Bedul yang ada di Blok Bedul Sumberasri Purwoharjo. Disamping lewat Blog yang Ndeso ini Penulis juga promosi Blok Wisata Bedul lewat Mouth to Mouth. Semoga Wisata Bedul tambah lestari dan rame pengunjung, tapi Ojo Agawe Reget lan Koproh. "Pesan Sponsor"...

Read More... EkoWisata Mangrove Bedul di Google Top Ten

Kamis, 20 Mei 2010

Foto Foto SMKN Wongsorejo di Wisata Bedul

. Kamis, 20 Mei 2010
7 komentar
Foto Foto SMKN Wongsorejo di Wisata Mangrove Bedul

Berikut ini kami persembahkan aksi para Bapak Ibu Guru SMK Negeri Wongsorejo yang lagi Refreshing dan Jelajah Wahana Wisata Mangrove Bedul setelah mengantar 'Manten' Baru, Bapak Drs. Achmad Chusairi sebagai nahkoda baru di SMK Negeri Darul Ulum Muncar di hari Rabu, 19 Mei 2010. Rombongan yang dipimpin oleh Bapak Drs. Achmad Chusairi ini berjumlah sekitar 50 orang yang dipandu oleh teman teman dari SMKN Darul Ulum Muncar, Bapak SUbawat, Bapak Helmi, Bapak Tamim, Mas Miftah, Mas Alfan, dan Penulis, bersama Pahlawan Kecil Wildan tentunya.

Foto SMK Negeri Wongsorejo di Ekowisata Mangrove Bedul 1
Kepala Sekolah Baru SMKNDU berkunjung di Taman Wisata Bedul Alas Purwo
Bapak Achmad Chusairi beserta rombongan dari SMK Negeri Wongsorejo berada di Dermaga Masuk Wisata Bedul menuju ke Pos penjualan Tiket Masuk Wisata Bedul. Mereka terlihat begitu antusias dan dengan wajah penuh dengan rasa penasaran seperti apa sih Wisata Bedul. Ya ini Wisata Bedul...

Foto SMK Negeri Wongsorejo di Ekowisata Mangrove Bedul 2
Bapak Helmi, Supir plus Guide sedang mengecek uang yang ada didompet apakah cukup untuk membayar tiket masuk ke Wisata Bedul. Kalo nggak cukup, Penulis siap nambahi tapi jangan banyak-banyak. Sedang yang ada dipintu Tike Masuk Wisata Bedul, bapak
Subawat yang berlagak seperti Petugas Tike Masuk. Pak... Kayaknya Bapak Pantes jadi Tukang Tiket, Alih Profesi aja Pak...

Foto SMK Negeri Wongsorejo di Ekowisata Mangrove Bedul 3
Rombongan dari SMKN Wongsorejo akhirnya menaiki Perahu Gondang Gandung yang dinahkodai oleh Bapak Pangat, Senior Navigator di Wisata Bedul menuju ke Dermaga Pos Bedul. Lihat... Ibu Guru SMKN Wongsorejo yang duduk dikursi paling belakang kanan, tampak raut mukanya ragu2 dan takut untuk menaiki dan menyeberang ke Pos Bedul. Jangan khawatir bu... Perahu Gondang Gandungnya sudah berSertifikat ISO. (Iso Ora Iso sing penting nyeberang).

Foto SMK Negeri Wongsorejo di Ekowisata Mangrove Bedul 4
Penulis, berkaus putih Untag bersama sang Pahlawan Kecil Wildan. Wah kalau yang satu ini, kemanapun penulis pergi so pasti meng'ngintili', apalagi kalau mau jalan jalan, pasti ikut. Wildan, sang Pahlawan Kecil yang lagi belajar berpetualang bersama Abi. Semoga ketika besar menjadi Petualang Sejati yang haus akan Ilmu yang berguna bagi Agama, Bangsa dan Negara. Hidup Ilmu, Hidup Indonesia, Hidup...

Foto SMK Negeri Wongsorejo di Ekowisata Mangrove Bedul 5
Bapak Kita, Drs. Achmad Chusairi (berbaju batik biru) didampingi oleh putri tercinta dan rombongan dari SMKN Wongsorejo sedang asyik dan antusias mendengarkan penjelasan dari Penulis tentang segala hal yang berhubungan dengan Wisata Bedul,
Mereka nampaknya ingin tahu lebih detail tentang Wisata Bedul.Kalau ingin tahu tentang Wisata Bedul kesini lagi ya.. atau buka aja weblog penulis disini.

Foto SMK Negeri Wongsorejo di Ekowisata Mangrove Bedul 6
Bapak Drs. Achmad Chusairi bersama rombongan SMKN Wongsorejo berjalan menuju ke Pantai Kuta untuk melihat keindahan ombak laut Pantai Selatan yang konon sangat tersohor akan keangkerannya. Dengan penuh semangat 45 mereka berjalan kaki sejauh 500 meter dari Pos Bedul. Tetap semangat...

Foto SMK Negeri Wongsorejo di Ekowisata Mangrove Bedul 7
Alhamdulillah Rombongan Keluarga Besar SMKN Wongsorejo akhirnya sampai juga ke Wisata Pantai Kuta Laut Selatan. Mereka berpose bersama di pinggir Pantai Selatan. Ini lho bukti bahwa kami sampai di Laut Selatan, celetuk salah satu rombongan SMKN
Wongsorejo. Iya bu...

Foto SMK Negeri Wongsorejo di Ekowisata Mangrove Bedul 8
Inilah bukti keakraban yang terjalin sesaat setelah Sertijab Kepala Sekolah SMK Negeri Darul Ulum Muncar dengan SMK Negeri Wongsorejo. Mereka lagi berpose di Pantai Kuta Laut Selatan. Wah buat yang masih IJO LUMUT (Ikatan Jomblo Lucu dan Imut) bisa daftar nich. Yuuuk...

Foto Foto Wisata Mangrove Bedul oleh Muhamad Ali Saifudin
Lihat juga di http://fotoalisaifudin.blogspot.com
Read More... Foto Foto SMKN Wongsorejo di Wisata Bedul

Rabu, 19 Mei 2010

SMKN Wongsorejo Goes to Wisata Mangrove Bedul

. Rabu, 19 Mei 2010
0 komentar
SMKN Wongsorejo Rekreasi ke Wisata Mangrove Bedul

Purwoharjo - Wah kalau berbicara tentang Eko Wisata Bedul Mangrove yang berada di
Kepala SMKNDU Berada di Mangrove Bedul
Taman Nasional Alas Purwo so pasti tidak ada habisnya. Hari ini Rabu, 19 Mei 2010 Penulis ada agenda mengikuti serah terima jabatan Kepala Sekolah Baru SMK Negeri Darul Ulum Muncar (SMKNDU Muncar) dari bapak Heri Nurhadi, SE, MM kepada Kepala Sekolah yang baru Bapak Drs. Achmad Chusairi. Bapak Heri Nurhadi, SE, MM ditugaskan menjadi nahkoda baru di SMK Negeri Ihya Ulumuddin Padang Singojuruh sedangkan bapak Drs. Achmad Chusairi sebelumnya bertugas di SMK Negeri Wongsorejo. Apa hubungan Wisata Mangrove Bedul dengan Serah Terima Jabatan Kepala Sekolah SMK Negeri Darul Ulum Muncar? Begini ceritanya...

Ketika selesai acara Serah Terima Jabatan Kepala Sekolah SMK Negeri Darul Ulum Muncar dari yang lama bapak Heri Nurhadi, SE, MM kepada Bapak Drs. Achmad Chusairi, Rekan Rekan Guru dan Staf SMK Negeri Wongsorejo yang jumlahnya sekitar 50 orang sedang kongkow-kongkow setelah menikmati makan siang ala kadarnya yang disediakan oleh Panitia Serah Terima Jabatan. Mereka lagi bisik-bisik sesama teman,"Enaknya setelah Acara Sertijab ini jalan-jalan kemana ya? Mumpung udah di Muncar.

Penulis ketika itu sedang melintas langsung slonong boy menjawab dengan bahasa yang provokatif,"ke Wisata Mangrove Bedul saja, disana tempatnya sip banget untuk refreshing". Selang beberapa menit setelah Penulis sholat Dhuhur di Kantor SMKNDU Muncar, ada SMK Masuk yang isinya Penulis dimohon untuk menjadi "Guide alias Pemandu" teman-teman dari SMKN Wongsorejo. "Waduh ini namanya usul mikul". Akhirnya Penulis harus siap siap menjadi "Guide dadakan".

Sekitar pukul 13:30 Penulis bersama Guide Guide tambahan (ada bapak Helmi, Sopir Pribadi SMKNDU, Bapak Subawat, Imron Rosyadi, Bapak Tamim, Mas Alfan dan Mas Miftahul) beserta rombongan dari SMKN Wongsorejo meluncur ke Obyek Wisata Mangrove
Bedul dengan mengendarai kendaraan roda empat sejumlah 6 mobil. Tiba sekitar pukul 14:15, Rombongan dari SMKN Wongsorejo langsung menuju ke "TKP".

Setiba di Tempat Parkir Kendaraan Wisata Bedul, beberapa guru dan keluarga ada yang langsung membasuh muka dan minum Air Sakti, Ajaib, Aneh, yang jelas Air Suci dan Mensucikan, ada yang sudah tidak kuat menahan "nafsu" lapar langsung ke warung yang ada di Kanan dan Kiri Wisata Mangrove Bedul. Beberapa saat kemudian, Rombongan dari SMKN Wongsorejo kita "giring" ke Dermaga Wisata mangrove Bedul yang berjarak kurang lebih 200 meter dari tempat Parkir Wisata Mangrove Bedul.

Penulis bersama Pak Helmi dan Pak Bawat mendahului rombongan dari SMKN Wongsorejo untuk membeli Tiket Masuk Wisata Mangrove Bedul yang perorang seharga Rp.7000,00 (Ach... Nggak Mahal kok). Pak Bawat, yang berlagak seperti Guide Anyaran menjelaskan tentang syarat dan ketentuan yang berlaku di Wisata Mangrove Bedul berkenaan dengan penggunaan Kartu Hijau (untuk berangkat) dan kartu Merah (untuk kembali ke 'habitat'). Sedangkan Bapak Helmi berlagak kayak Bos OKB yang sedang mengeluarkan uang untuk membayar biaya Tiket Masuk Wisata Mangrove Bedul.

Akhirnya semua beres berkat bantuan beliau berdua, Rombongan dari SMKN Wongsorejo langsung naik ke Perahu Gondang Gandung yang sudah 'stand by' menunggu para Pengunjung. Ketika Perahu Gondang Gandung akan berjalan menyeberang Segoro Anakan, Penulis melihat ada salah satu Guru dari SMKN Wongsorejo yang raut wajahnya sedang 'ketakutan' naik Perahu Gondang Gandung. Mungkin beliau takut kalau tenggelam kali ya.. atau memang pengalaman pertama dan terakhir. semoga tidak. Rombongan SMKN Wongsorejo akhirnya tiba dengan selamat di Dermaga Selatan Pos Bedul yang kemudian disambut oleh "Penghuni" Pos Bedul, bapak Untung dan bapak Marni.

Setelah istirahat sejenak, Penulis masih memprovokasi teman teman romongan dari SMKN Wongsorejo untuk melihat lihat 'Pantai Kuta'yang berjarak 500 meter dari Pos Bedul. Mereka akhirnya mengikuti saran Penulis untuk berjalan kaki menuju ke 'Pantai Kuta'. Salah satu rombongan dari SMKN Wongsorejo ada yang bertanya ke Penulis," Pak disini apa nggak ada mobil sewaan untuk keliling Taman Nasional Alas Purwo.". Wah yang bisa jawab mungkin Pak Untung dan Pak Marni yang 'mbau rekso' Pos Bedul ini, pikir penulis.

Waktu terasa begitu singkat ketika jam menunjukkan pukul 15:30 WIB, Penulis, para guide dari SMKN Darul Ulum Muncar dan rombongan SMKN Wongsorejo kembali ke dermaga Pos Bedul untuk menuju ke tempat parkir Wisata Mangrove Bedul. "Wah ternyata Wisata Mangrove Bedul itu mengasyikkan ya, berbisik ke guru guru yang lain". "Iya yang penting kesini lagi bersama bersama keluarga, kerabat dan relasi" sela Penulis yang berlagak seperti gaya Marketing Manajer Baru Ekowisata Mangrove Bedul.

Penulis akhirnya merasa lega dan puas, dari raut wajah para rombongan dari SMKN Wongsorejo bisa dilihat betapa puasnya mereka menikmati Ekowisata Mangrove Bedul yang begitu eksotik dan menakjubkan dari segala sisi. Selamat jalan dan tiba dirumah dengan membawa cerita tentang Wisata Mangrove Bedul untuk masyarakat Wongsorejo. Bravo SMKN Wongsorejo, Bravo juga buat SMKN Darul Ulum Muncar. Foto Foto Wisata Mangrove Bedul SMKN Wongsorejo klik disini.

Foto Photo Wisata Bedul by http://fotoalisaifudin.blogspot.com
Artikel Wisata Mangrove Bedul ditulis oleh http://muhamadalisaifudin.blogspot.com
Read More... SMKN Wongsorejo Goes to Wisata Mangrove Bedul

Rabu, 12 Mei 2010

Foto Objek Wisata Bedul Tempo Dulu dan Kini

. Rabu, 12 Mei 2010
1 komentar
Inilah Foto Foto Objek Wisata Bedul hasil Jepretan Kamerawan Amatiran
Wong Ndeso Mbrasan

Foto Foto Wisata Bedul dibawah ini Penulis ambil sewaktu masuk pertama di Objek Ekowisata Bedul di tahun 2008. Dan Foto Foto terbaru Ekowisata Bedul yang Penulis ambil pada 9 Mei 2010. Kepada para Pengunjung blog kami, silakan kasih komentar, saran serta kritik untuk Wisata Bedul ini.


Foto Hutan Marengan, Jalur Masuk ke Objek Wisata Bedul dari Arah Dusun Blok Solo Sumberasri yang masih alami. Para Penduduk Desa Sumberasri sedang melintasi jalan Hutang Marengan, sepulang dari mencari kerang di Sunglon Segoro Anakan.


Foto Alas Hutan Marengan kini, Foto Jalur masuk ke Wisata Bedul yang sudah dihotmix oleh Pemerintah Banyuwangi sampai menuju ke tempat parkir di Wisata Bedul.


Foto Dermaga Bedul Segoro Anakan yang masih alami, ketika Penulis berkunjung masih kelihatan "wingit dan auro segoro kidul yang membuat bulu kudu merinding". Apa mungkin karena ada pendamping disamping Penulis kaleee...


Bandingkan Foto Dermaga Bedul Segoro Anakan yang ada sekarang. "Wah berbanding 180 derajat, lebih modern dan sip buanget. Dulu kalau mau menyeberang ke Pos Bedul penulis harus sabar menunggu Air Laut Segoro Anakan surut, sebab kalau Air Laut lagi pasang jalan ini tidak bisa dilewati, kalau sekarang harus sabar menunggu karena antri di Pos Tiket Bedul.


Foto Perahu Gondang Gandung yang masih sangat tradisional yang kami sewa untuk Keliling Segoro Anakan yang panjangnya 18 Km dari ujung timur Ngagelan sampai Pantai Cungur di dekat Plawangan Grajagan.


Foto Perahu Gondang Gandung yang sudah dimodifikasi sehingga lebih nyaman dan aman untuk menyeberang ke Pos Bedul.

Foto - Foto Ekowisata Bedul by http://fotoalisaifudin.blogspot.com
Artikel Ekowisata Bedul by http://muhamadalisaifudin.blogspot.com
Read More... Foto Objek Wisata Bedul Tempo Dulu dan Kini

Selasa, 11 Mei 2010

Heboh, Wisata Bedul Muncul Air Suci dan Ajaib

. Selasa, 11 Mei 2010
3 komentar
Fenomena Alam, Air Suci dan Ajaib di Wisata Bedul

Ekowisata Mangrove Bedul dibuka untuk umum secara besar-besaran pada awal tahun 2010, Pemerintah Desa Sumberasri Purwoharjo yang bekerja sama dengan pihak Perhutani Banyuwangi dan Balai Taman Nasional Alas Purwo sedang dan telah mempersiapkan segala sarana dan prasarana baik sarana utama dan pendukung demi mendukung suksesnya Ekowisata Mangrove Bedul. Diantaranya tempat parkir kendaraan roda dua dan empat, Kamar Mandi dan Kamar Kecil, Sarana Ibadah Musholla, Tempat Peristirahatan bagi Pengunjung yang datang, Tempat bagi para Pedagang yang menjajakan dagangannya serta sarana dan prasaran lain.

Ketika Pengelola Ekowisata Mangrove Bedul sedang membuat sarana air bersih untuk mencukupi kebutuhan di Ekowisata Mangrove Bedul dengan membuat sumur bor di utara tempat parkir Ekowisata Mangrove Bedul tiba tiba sumur bor yang sedang dibor sedalam sekian meter (penulis tidak tahu tepatnya) mengeluarkan airnya secara otomatis ke atas dengan arus yang sangat deras. Padahal kalau dilihat dari kedalaman sumur yang normal, sumur bor tersebut seharusnya belum dapat mengeluarkan airnya secara otomatis. Akhirnya proses pembuatan sumur bor di Utara Parkir Bedul dihentikan.

Tatkala Penulis berkunjung ke Wisata Bedul, Sumur Bor Air Suci dan Ajaib ini tidak ada mati dan sepinya, selalu ramai. Sampai-sampai ketika Penulis akan mengambil air wudlu untuk solah Dhuhur di Sumur Bor Air Suci dan Ajaib (karena tempat wudlu belum ada), harus menunggu para ibu - ibu yang lagi mandi di Air Suci dan Ajaib tersebut. Menurut beberapa sumber mengatakan bahwa Air Sumber yang mengalir dari sumur bor di Wisata Bedul tersebut dapat mengobati berbagai macam penyakit.

Berita adanya Air Suci dan Ajaib yang ada di Ekowisata Mangrove Bedul akhirnya menyebar dari mulut ke mulut. Pengunjung yang datang ke Wisata Bedul tidak ketinggalan untuk sekedar membasahi diri dengan Air Suci dan Ajaib yang ada di Wisata Bedul atau bahkan ada yang mandi. Untuk kebenaran berita itu semua kembali kepada masing masing orang, penulis hanya sekedar melihat fenomena dan kenyataan yang ada. Masalah sembuh dan belum sembuh semua berpulang kepada yang Allah SWT.

Foto-Foto Wisata Bedul by http://fotoalisaifudin.blogspot.com
Artikel Wisata Bedul by http://muhamadalisaifudin.blogspot.com
Read More... Heboh, Wisata Bedul Muncul Air Suci dan Ajaib

Empat Paket Wisata di Ekowisata Mangrove Bedul

.
0 komentar
Empat Paket Wisata Bedul di Alas Purwo: 
Hutan Marengan, Hutan Mangrove, Burung Migrant Australia dan Pendidikan Lingkungan Hidup

Purwoharjo - Berwisata tidak hanya menikmati indahnya pemandangan tetapi berWisata
bisa juga menjadi bagian dari Pendidikan Lingkungan Hidup. Itulah kira kira yang dikembangkan oleh Pengelola EkoWisata Mangrove Bedul. Sebab Ekowisata Mangrove Bedul yang berada di Wilayah Sub Seksi Pos Bedul ini merupakan Wisata yang terintengrasi (baca;terpadu) dengan harapan ke depan Wisata Alam Laut dan Hutan Mangrove Bedul bisa menjadi Pintu Masuk Utama ke Taman Nasional Alas Purwo. Baik melalui Darat maupun lewat Laut dengan potensi Wisata yang ditawarkan ada 4 Paket Wisata, 1. Rekreasi ke Hutan Marengan, 2. Keliling Hutan Mangrove sampai ke Penangkaran Penyu di Ngagelan, 3. Melihat Burung Migrant yang berasal dari Australia, dan 4. Pendidikan Lingkungan Hidup.

Paket Pertama Rekreasi ke Hutan Marengan.
Sebelum masuk Kawasan Wisata Mangrove Bedul para Pengunjung sudah disuguhi dengan keindahan dan kesejukan Hutan Marengan yang kanan dan kiri jalan masuk Wisata Bedul ditumbuhi Pohon Jati serta tanaman perdu yang dikelola oleh masyarakat desa Sumberasri. Para Pengunjung juga bisa melihat jalan bekas rel kereta api yang pada jaman Belanda menjadi Jalur penghubung Kutorejo dan Grajagan yang membujur dari Timur ke Barat. Pengunjung Wisata Bedul juga bisa sesekali mampir di beberapa Gubuk di Hutan Marengan untuk istirahat dan makan bersama keluarga, dimana Gubuk yang dibangun oleh para petani penggarap di Hutan Marengan merupakan tempat bagi mereka untuk beristirahat kala capek bekerja seharian di Hutan Marengan. Para Pengunjung juga bisa berFoto-Foto bersama keluarga dengan latar Hutan Marengan yang hijau dan asri.

Paket Kedua Keliling Hutan Mangrove Bedul. Para Pengunjung Wisata Bedul yang berdompet tebal dapat menyewa Perahu Gondang Gandung untuk berkeliling di Segoro Anakan dengan harga Rp.150.000,00 s/d Rp.300.000,00 perpaket dengan penumpang 15 orang tergantung hasil negonya.Kalau Penulis dulu waktu keliling cuma Rp.50.000,00 karena Wisata Mangrove Bedul belum bersifat komersil, masih asli dan alami belum ada dermaga seperti sekarang ini. Para Pengunjung dapat berkeliling dari ujung Timur Segoro Anakan sampai ujung Barat di Cungur, dekat Grajagan yang panjangnya 18 KM. Pengunjung dapat menikmati Pohon Mangrove (baca Jawa: Pohon Tanjang atau Prepat) yang ada di sisi kiri dan kanan Segoro Anakan yang memiliki Ketebalan Mangrove 350 Meter lebih kearah dalam. Pengunjung sesekali dapat melihat atraksi
beberapa ikan yang melompat lompat di depan Perahu Gondang Gandung yang Pengunjung naiki. Pengunjung juga dapat melihat para Pencari Kerang di Segoro Anakan yang sedang menyelam untuk mencari Kerang.

Paket Ketiga Melihat Burung Migran dari Australia. Para Pengunjung yang berkeliling Hutan Mangrove lewat Laut Segoro Anakan kalau lagi dapat melihat ratusan bahkan ribuan Burung Migran dari Australia yang mendarat di beberapa tempat di Hutang Mangrove Bedul Segoro Anakan, terutama di sebelah barat dermaga Wisata Bedul, kurang lebih 700 meter ke arah barat di Pulau Kecil di tengah Segoro Anakan. Burung - Burung Migran dari Australia ini suka berkumpul ngerumpi sambil mencari makanannya ketika air laut surut, di Pulau Kecil yang muncul di Segoro Anakan. Pengunjung dapat mendekat ke Burung - Burung Migran itu untuk mengabadikan moment yang tidak semua orang beruntung untuk mengambil gambar Burung Migran dari Australia. Penulis ketika itu sangat beruntung dapat mengabadikan kehadiran Burung-Burung Migran Australia yang berlabuh di Pulau Kecil Segoro Anakan dekat Cungur Grajagan. Burung Migran Australia berlabuh ketika air Laut sedang surut.

Paket Keempat Pendidikan Lingkungan Hidup.
Pengunjung Wisata Bedul tidak hanya disuguhi Wisata Hutan Marengan, Keliling Hutan Mangrove Bedul dengan Perahu Gondang Gandung, dan Melihat Burung Migran Australia tetapi Pengunjung juga disuguhi dengan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup. Pengunjung Wisata Bedul dari kalangan umum dan Pelajar yang datang dapat juga melakukan Penelitian terhadap Mangrove yang memiliki berbagai jenis, Habitat Wisata Bedul dan Segoro Anakan, baik Flora dan Fauna yang ada di Kawasan Wisata Bedul. Pengunjung juga dapat mengeksplorasi berbagai jenis tanaman yang tumbuh di Hutan Taman Nasional yang ada di sebelah Pos Bedul.(by Muhamad Ali Saifudin)

Foto-Foto Wisata Bedul by http://fotoalisaifudin.blogspot.com
Artikel Wisata Bedul by http://muhamadalisaifudin.blogspot.com
Read More... Empat Paket Wisata di Ekowisata Mangrove Bedul

Petualangan di Taman Nasional Alas Purwo

.
1 komentar
Fenomena Taman Nasional Alas Purwo: Rowo Bendo, Sadengan, Pancur, Goa Istana, Plengkung dan GLand, Trianggulasri, Ngagelan, Wisata Bedul, Cungur, Alas Purwo

Buat para Wisatawan, Pelancong, Penjelajah, Petualang yang pingin menikmati dan mensyukuri keindahana yang Pencipta berikan bisa jelajah menikmati kebesaran sang pencipta, Tapi buat para Wisatawan, Pelancong, Penjelajah, Petualang rasanya belum afdhol kalo belum ke Taman Nasional Alas Purwo di Banyuwangi Jawa Timur.

Taman Nasional yang hutannya masih Ashli (pake Shod), di sana banyak hal yang bisa di nikmati mulai Wisata Plengkung (para surfers kelas dunia datang Mei - Agustus puncaknya), Goa yang banyak sekali, Sadengan (Feeding ground banteng dan rusa serta merak) Trianggulasri (ombak besar serta guest house), Ngagelan (penangkaran penyu serta penyu yang bertelur dimalam hari), Cungur (pulau kecil di tengah laut dekat dengan plawangan Grajagan), Wisata Bedul (wisata segitiga emas, Selat, Hutan mangrove dan pantai), Segoro Anakan (laut kecil kanan kiri ditumbuhi mangrove dg ketebalan 350 me dan panjang 18 KM), dan banyak lagi yang bisa dinikmati.

Jangan kalah dong sama mahasiswa IFSA (International Forestry Students Association) yang datang dari seluruh dunia untuk konservasi di Alas Purwo. Penulis bantu dech untuk datang ke sana. untuk lebih jelas silakan lihat di http://muhamadalisaifudin.blogspot.com. Kami tunggu dan bantu so pasti kedatangannya ya.... CU
Read More... Petualangan di Taman Nasional Alas Purwo

Senin, 10 Mei 2010

Ekowisata Bedul di Alas Purwo Indah Nian

. Senin, 10 Mei 2010
0 komentar
Menikmati Indahnya segitiga emas Ekowisata Mangrove Bedul:
Selat Bedul, Hutan Bedul dan Pantai Bedul Segoro Anakan

Setelah sholat Dhuhur di Musholla Wisata Bedul, Penulis dan Rombongnya dari Keluarga Besar SMK Negeri Darul Ulum Muncar menuju ke arah dermaga yang berada di sebelah Barat Daya dari tempat Parkir Wisata Bedul. Dermaga Wisata Bedul baru dibangun di akhir tahun 2009 untuk memudahkan para Wisatawan Wisata Bedul yang akan menyebarangi Segoro Anakan ke arah Pos Bedul. Penulis dan Rombongan dari SMK Negeri Darul Ulum Muncar yang berjumlah 60 orang berhenti sebentar di jalan menuju Dermaga Wisata Bedul Segoro Anakan untuk mengabadikan moment dengan ber Foto-Foto bersama keluarga.

Penulis dan rombongan dari SMKN Darul Ulum Muncar harus sabar untuk antri di loket
masuk Wisata Bedul karena saking banyaknya Pengunjung/ Wisatawan yang ingin berlibur di Wisata Bedul. Tibalah giliran Penulis untuk mendapatkan tiket masuk ke Wisata bedul di Pos Tiket Wisata Bedul seharga Rp.7.000,00 (tujuhribu rupiah) perorang dengan rincian Rp.4.000,00 untuk Tiket PP menyeberangi Wisata Bedul Segoro Anakan, yang Rp.3.000 Tiket resmi dari Balai Taman Nasional Alas Purwo di Wisata Bedul Segoro Anakan.
Ketika Penulis mendapat giliran membeli tiket di Pos Dermaga Wisata Bedul, Penulis bertemu dengan sahabat lama, Bapak Hos (smoga ejaannya benar), sesepuh Blok Bedul yang bertahun-tahun menempati dan yang "mbau rekso" Blok Bedul sebelum Wisata Bedul seramai sekarang. Kala itu penulis lagi menjadi "Guide" para mahasiswa Untag Banyuwangi yang akan mengadakan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) di Blok Bedul pada tahun 2008, yang kebetulan salah satu mahasiswa yang KKL Untag adalah sang "mantan pacar".

Setelah itu Penulis dan rombongan dari Keluarga Besar SMK Negeri Darul Ulum Muncar
masing masing mendapat 2 kartu berwarna hijau untuk tiket masuk ke Perahu Gondang Gandung untuk menyebarang ke Pos Bedul, serta kartu yang berwarna merah untuk tiket pulang menyeberang ke Dermaga Wisata Bedul. Ketika Perahu Gondang Gandung sudah penuh dengan penumpang yang duduk di kursi masing-masing Perahu Gondang Gandung baru berangkat ke Pos Bedul. Penulis tidak duduk di kursi yang disediakan, tetapi Penulis lebih senang klesetan (baca:lesehan) di paling depan bersama sang pahlawan kecil Wildan dengan membawa kamera digital untuk mengambil gambar Wisata Bedul dan Segoro Anakan serta Mangrove yang tebal di kanan kiri perahu Gondang Gandung dengan antusias.

Sesampai di dermaga selatan (Pos Bedul) rombongan Keluarga Besar SMKN Darul Ulum Muncar menyebar ke berbagai arah, ada yang ke Pantai Kuta (sebut Pak. Untung, Kepala Sub Seksi Pos Bedul) yang berjarak 1 Km ke arah selatan menuju ke Samudra Indonesia. Beberapa Guru dan Keluarganya ada yang hanya duduk duduk santai sambil menikmati pemandangan Mangrove, Air Laut serta Hutan yang masih alami, serta melihat lalu lalang para Wisatawan/ Pengunjung.

Foto Foto Ekowisata Bedul by http://fotoalisaifudin.blogspot.com
Artikel Ekowisata Bedul by http://muhamadalisaifudin.blogspot.com
Read More... Ekowisata Bedul di Alas Purwo Indah Nian
 

Tamu Kampung Inggris

Traffic Pidato Inggris

Komentar Terbaru Sobat Setia Muhamad Ali Saifudin

All right reserved Muhamad Ali Saifudin is proudly powered by Blogger.com | Template by Agus Ramadhani | o-om.com