Foto Saya
Muhamad Ali Saifudin
Berbuat dan Bermanfaat
Lihat profil lengkapku

Selamat Datang di Weblog Muhamad Ali Saifudin *)

Penulis berusaha menyajikan berbagai informasi tentang Pendidikan, Belajar Bahasa Inggris, Informasi SMK, NUPTK, Sertifikasi Guru, Wisata, Tips dan Trik. Motto Penulis "Yang Abadi adalah Perubahan dan yang Pasti adalah Ketidakpastian, Siapa yang tidak Berani Berubah tidak akan Memiliki Kepastian".

Copy Paste artikel Tips Trik Wisata Belajar Pidato Bahasa Inggris SMK dalam blog ini boleh asal:

1). Memuat nama penulis Muhamad Ali Saifudin.
2). Menyertakan alamat http://muhamadalisaifudin.blogspot.com ke sumber artikel yang ditulis
.
3). Kritik dan Saran Tips Trik Wisata Belajar Pidato Bahasa Inggris SMK Klik Disini
*) Muhamad Ali Saifudin tinggal di http://muhamadalisaifudin.blogspot.com

Kamis, 27 Mei 2010

Wringinputih: Siti Maemunah Hidup dengan Kaki Dirantai

. Kamis, 27 Mei 2010
Sepuluh Tahun Siti Maemunah Hidup dengan Kaki Dirantai
Semasa Muda Pernah di Pesantren, Dikenal Sebagai Qoriah

Nasib Siti Maemunah, 41, warga Dusun Kabatmantren, Desa Wringin Putih, Kecamatan Muncar ini cukup mengenaskan. Karena mengalami gangguan jiwa, warga terpaksa memasung kakinya sejak 10 tahun lalu. Ini terpaksa dilakukan karena dia sering mengamuk dan berlari sambil telanjang.

RUMAH yang ditempati Siti Maemunah berada di tengah perumahan warga. Sekilas, rumah permanen berukuran agak besar itu terkesan kosong dan seolah tanpa penghuni. Hampir seluruh bagian dari bangunan rumah, telah banyak yang rusak dan ambruk.

Dapur yang berada di sisi timur dari bangunan rumah, hampir separonya sudah rusak berat. Dindingnya ambrol hingga gentingnya melorot. Di bagian dapur ini, kondisinya sudah berantakan sehingga tidak terlihat sebagai bangunan rumah.

Kondisi hampir sama terlihat di bangunan rumah utama. Kayu dan bambu banyak yang melintang di ruang tamu dan ruang tengah. Di tempat ini, banyak terlihat sampah dan batu bata. Pakaian yang sudah koyak juga tampak bertebaran di sekitar lantai. "Maemunah ada di kamar belakang," ujar Nawawi, seorang warga sekitar.

Untuk menuju ke kamar di bagian belakang melalui ruang tamu dan tengah, kami harus berjalan hati-hati. Sebab, selain banyak kayu juga terlihat batu bata yang berserakan. "Siapa yang datang, mau apa kemari, sayang!" ujar Maemunah begitu melihat wartawan koran ini berdiri di depan pintu kamar belakang.

Selintas, Maemunah seperti orang yang waras. Rambutnya masih rapi dengan tubuh cukup bersih. Hanya, mulutnya terus nyerocos tanpa aturan. Kata-kata kotor sering keluar dari mulutnya. Tidak lama, ibu satu anak itu menyanyi dan berceramah. "Kalau menyanyi, suaranya bagus," kata Nawawi.

Ternyata benar, Maemunah memang pintar menyanyi. Saat wartawan koran ini mencoba menyanyikan lagu-lagu dangdut, dia langsung meneruskan sambil bergoyang. Tapi tidak lama, perempuan itu berteriak-teriak sambil mengejek ibu-ibu yang banyak menontonnya. "Mbak, bojomu tak pek'e yo... (Mbak, suamimu saya minta ya)," ujarnya.

Bukan hanya menyanyi, Maemunah ternyata juga dikenal mahir dalam membaca salawat, berzanji, dan juga tibaan. Bahkan, ibu yang pernah menikah tiga kali itu dikenal sebagai qoriah di kampungnya. "Maemunah itu pintar qoriah," jelas Titik Winarti, seorang saudara misannya.

Semasa muda, Maemunah pernah lama tinggal di sebuah pondok pesantren di Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi. Selama di pesantren itu, dia banyak belajar agama dan qiroah. "Ibu dari Maemunah itu asalnya daerah Blokagung (Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari)," jelas Titik.

Saat Titik menyebut kata-kata pesantren, rupanya didengar oleh istri Nur Khoiri itu. "Jangan sebut-sebut pondok pesantren, saya tidak kenal pondok pesantren, saya tidak pernah tinggal di pondok pesantren," ujar Maemunah sambil berdiri.

Maemunah yang seperti emosi, membuat warga yang ada di sekitar kamarnya terdiam. Suasana pun menjadi hening sejenak. Tapi tidak lama, keheningan ini kembali pecah saat perempuan yang kakinya dirantai itu kembali menyanyi. Bahkan, sesekali juga membaca ayat Alquran dengan suara yang cukup merdu. "Wes ngono wae, aku ora iso ngaji (Sudah begitu saja, saya tidak bisa mengaji)," sebutnya.

Dengan gangguan jiwa yang sudah diderita sejak sepuluh tahun lalu, Maemunah biasanya dilepas. Bila pikirannya bisa tenang, perempuan ini sebenarnya juga bisa normal. Bila muncul masalah kecil, pikirannya kembali terganggu. Ketika sudah demikian, dia kerap berlarian dengan telanjang.(bay)
Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar

Artikel Terkait

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Pengunjung Mohon Meninggalkan Jejak Untuk Silaturrahmi Balik.

 

Tamu Kampung Inggris

Traffic Pidato Inggris

Komentar Terbaru Sobat Setia Muhamad Ali Saifudin

All right reserved Muhamad Ali Saifudin is proudly powered by Blogger.com | Template by Agus Ramadhani | o-om.com